MINGGU Jam7.30 (Ibadah Raya)


Ibadah Minggu Pagi 7.30 di Blok A5 No.5 Perum Griya Kenari Mas, (Belakang Ruko BRI)


Untuk Informasi Hub.081280324336 atau silakan klik WA ini

Sunday, February 11, 2018

Etika kerukunan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi rumusan pandangan dan sikap pemuka agama tentang etika kerukunan antar umat beragama. Menurutnya, rumusan tersebut penting ditaati oleh umat beragama.
"Saya amat bersyukur dan mengapresiasi setinggi-tingginya atas rumusan tersebut," terang Menag usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima para pemuka agama di Istana Bogor, Sabtu (10/02).
"Rumusan etika tersebut yang dirumuskan sendiri oleh para pemuka agama amat penting untuk ditaati oleh setiap umat beragama dalam menjalani kehidupan kemasyarakatan di tengah kemajemukan kita," lanjutnya.
Tokoh Agama berkumpul dalam Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa. Kegiatan yang diikuti 250 pemuka agama dari berbagai daerah di Indonesia ini ditutup siang tadi.  Sore ini, mereka  diterima Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.
Ikut mendampingi Presiden saat menerima para tokoh agama, Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-agama dan Peradaban Din Syamsuddin.
Menurut Menag, ada enam point penting yang telah dirumuskan. Rumusan itu menitikberatkan pada pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama.
"Rumusan ini penting dipahami dan ditaati dalam menjaga kerukunan Indonesia yang majemuk," tegasnya.
Berikut ini enam rumusan Pandangan dan Sikap Umat Beragama tentang Etika Kerukunan Antar Umat Beragama:
1. Setiap pemeluk agama memandang pemeluk agama lain sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan dan saudara sebangsa.
2. Setiap pemeluk agama memperlakukan pemeluk agama lain dengan niat dan sikap baik, empati, penuh kasih sayang, dan sikap saling menghormati.
3. Setiap pemeluk agama bersama pemeluk agama lain mengembangkan dialog dan kerjasama kemanusiaan untuk kemajuan bangsa.
4. Setiap pemeluk agama tidak memandang agama orang lain dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mencampuri urusan internal agama lain.
5. Setiap pemeluk agama menerima dan menghormati persamaan dan perbedaan masing-masing agama dan tidak mencampuri wilayah doktrin/akidah/keyakinan dan praktik peribadatan agama lain.
6. Setiap pemeluk agama berkomitmen bahwa kerukunan antar umat beragama tidak menghalangi penyiaran agama, dan penyiaran agama tidak menggangu kerukunan antar umat beragama

Wednesday, February 7, 2018

Tuhan memanggil Anda keluar dari zona nyaman Anda


2 Samuel 11: 1

"Tetapi Daud tetap tinggal di Yerusalem," katanya. Ketika David seharusnya berperang dengan semua raja lainnya, memimpin anak buahnya, dia memutuskan untuk kembali. Dia merasa nyaman. Dia memilih untuk tinggal di dalam kenyamanan istananya daripada berada di medan perang. Dan suatu hari dia mendapati dirinya di balkon menatap, berkhayal tentang wanita mandi di sebelahnya. Ingat, semuanya berawal dengan keputusan sederhana untuk kembali, keputusan untuk merasa nyaman, namun secara halus, dosa merayap dalam hidupnya.

Hal ini sering terjadi pada kita saat kita membiarkan kenyamanan diutamakan dalam kehidupan kita. Mungkin itu bukan pembunuhan atau perselingkuhan, tapi mungkin itu adalah kehidupan Kristen yang tidak berdaya, basi, dan memburuk secara perlahan. Dan sebelum kita mengetahuinya, kita mendapati diri kita bertanya, untuk apa aku hidup?

Kita melupakan Tuhan.

Bila hidup kita nyaman, kita lupa betapa beratnya kita membutuhkan Tuhan. Kita mulai merasa mati rasa, lembut dan terputus dalam kehidupan spiritual kita. Lalu kita mulai untuk menghibur pikiran: Mengapa mengandalkan Tuhan ketika saya memiliki semua yang saya inginkan dan butuhkan? Mungkin itulah yang dirasakan David. Dia telah memenangkan banyak pertempuran untuk Tuhan, mendapatkan kekayaan dan mendapatkan kepercayaan dari seluruh bangsa. Dia berkah berkat berkah! Hidup itu baik, tapi di suatu tempat di mana ia merasa nyaman dan hanyut dari Tuhan.

Sebagai orang Kristen, hal yang sama bisa terjadi pada kita. Kita dapat memusatkan perhatian pada berkat yang kita lupakan tentang Tuhan yang menyediakannya. Dengan Tuhan di luar pikiran, kita bisa mulai mengkompromikan keyakinan kita. Kompromi ini mungkin mulai kecil, tapi bisa tumbuh dan menyebar ke berbagai area kehidupan kita. Bagi David itu dimulai dengan sekilas, yang menyebabkan perzinahan, lalu membunuh. Namun, selalu ada harapan jika kita memutuskan untuk berubah dan kembali kepada Tuhan seperti yang kita lihat dalam kehidupan Daud.

Hidup sampai penuh

Hidup dengan penuh mengharuskan kita untuk merasa tidak nyaman. Artinya memilih menjalani hidup yang hanya mungkin dengan Tuhan memimpin. Ini menyadari bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang akan memuaskan kita atau menggantikan sukacita, pemenuhan dan kepuasan yang kita terima dari Tuhan. Alkitab terus mengingatkan kita untuk waspada, berpikiran sehat dan waspada karena kita dapat dengan mudah melupakan dan mengantuk dalam kehidupan rohani kita.

Untuk menghindari melayang dengan gelombang penghiburan, kita harus terus memeriksa hati kita dan terus menatap Yesus. Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri pertanyaan sulit:

Apakah saya mengorbankan keyakinan saya di bidang kehidupan saya? Apakah saya tumbuh dalam kehidupan spiritual saya atau berada di tempat yang sama dengan saya tahun lalu? Apakah ada sesuatu dalam hidup saya yang menghalangi saya untuk sepenuhnya mengabdi kepada Tuhan dan pekerjaannya?

Tuhan selalu menginginkan yang terbaik untuk kita, tapi apa yang terbaik bagi kita mungkin bukan yang kita inginkan saat ini. Kita mungkin menginginkan penghiburan dan kepuasan instan, tapi Tuhan menginginkan kesabaran, iman dan kepercayaan kepada-Nya.

Tuesday, February 6, 2018

HAMBA TUHAN vs PELAYANAN

1. Asal Pelayanan: Allah (1 Timotius 1:12; 1 Tesalonika 2:4)
Suatu pelayanan yang murni harus berasal dari Allah, bukan dari manusia (2 Korintus 5:18; 1 Timotius 1:12). Allah menyerahkan pelayanan hanya kepada orang-orang yang telah menjadi milik-Nya, dalam arti sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Kalau ada orang yang belum menjadi milik-Nya yang terlibat dalam pelayanan, maka pelayananya tidak akan diterima Allah (Yesaya 64:6). Jadi, suatu pelayanan terjadi atas inisiatif Allah. Oleh karena itu, seorang pelayan pertama-tama bertanggung jawab penuh kepada Allah. Dengan kata lain, pelayanan bukan untuk menyenangkan manusia tetapi untuk menyenangkan Allah (1 Tesalonika 2:4; Galatia 1:10).

2. Dasar Pelayanan: Karakter / Sikap Hati (1 Samuel 16:7; Roma 12:1)
Dalam pelayanan, kita tidak pernah dapat memberikan kepada orang lain apa yang tidak ada pada kita. Kita tidak boleh mengabaikan karakter; kalau kita abaikan, berarti kita meninggalkan dasar pelayanan. Ini sebabnya Allah menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkan pelayan-Nya. Misalnya: Yusuf (13 tahun), Musa (80 tahun), Paulus (3 tahun). Tanpa karakter, pelayanan hanyalah sebagai aktivitas keagamaan belaka, atau lebih buruk lagi, sebagai bisnis rohani. Yesus menyebut orang Farisi sebagai kemunafikan. Dia tahu bahwa orang Farisi lebih memperhatikan reputasi mereka daripada karakter mereka, dan bahwa pujian manusia lebih menarik perhatian mereka daripada perkenanan Allah. Tidak akan ada seorang pun yang dapat melayani Tuhan sekaligus bersandiwara. Harus ingat peristiwa Ananias dan Safira.

3. Motivasi Pelayanan: Kasih (Matius 22:37-39)
Ada 3 alasan seseorang mau mengerjakan suatu pekerjaan:

Kewajiban / keharusan -> Budak
Keuntungan / imbalan -> Karyawan
Kasih -> Pelayanan Tuhan
Pelayanan terlalu suci untuk dimotivasi dengan keuntungan duniawi dan terlalu sukar jika dimotivasi dengan kewajiban, hanya kasih kepada Allah dan manusia yang dapat membuat kita bertahan dalam pelayanan. Hanya kasih yang dapat membuat seorang hamba Tuhan bisa mengutamakan orang lain dan membuat tidak memanfaatkan orang lain untuk tujuan-tujuannya sendiri. Kasih juga dapat mencegah seorang hamba Tuhan menjadi diktator. Kewajiban atau tugas dapat dipenuhi dengan sukacita jika ada kasih dalam diri pelaksana. Kasih itu bukan sekedar perasaan yang dangkal atau sekedar ucapan, tapi merupakan hasil pemahaman yang dalam. Pelayanan Paulus dipenuhi dengan kasih Kristus (2 Korintus 5:14) dan dorongan kasih inilah yang membuatnya bertahan dalam pelayanan ketika segala sesuatunya menjadi sukar. Tanpa kasih, akan ada banyak halangan dalam pelayanan. Kita mungkin tidak tahu tentang teori komunikasi yang baik, kita dapat membangun jembatan dan meruntuhkan tembok pemisah, sehingga berita kita dapat disampaikan.

4. Sifat Pelayanan: Melayani (Matius 20:20-28)
Dalam gereja mula-mula, hamba Tuhan adalah seorang pelayan, bukan sekedar petugas. Orang Romawi dan Yunani menganggap bahwa pelayan adalah seorang yang tidak punya arti dan tidak penting, yang melakukan segala sesuatu bagi orang lain yang lebih penting. Yesus dan para rasul tahu akan hal ini, tetapi mereka tetap melihat diri mereka sebagai pelayan, karena hal tersebut benar.

Jangan jadi pelayan Tuhan, jika:

Orang yang tidak mau bekerja dan melayani orang lain.
Orang yang hanya ingin menikmati perhatian dari banyak orang dan ingin terkenal.
Yesus mengosongkan diri-Nya dan menjadi seorang hamba bagi manusia yang hina, Dia datang untuk melayani. Apakah kita lebih besar dari Dia?

5. Ukuran Pelayanan: Salib (1 Petrus 2:18-25; Ibrani 12:1-4)
Pelayanan tanpa pengorbanan sama sekali bukan pelayanan yang sebenarnya. Dalam Markus 10:45, Yesus memparalelkan dua hal: untuk melayani dan untuk memberi. Hubungannya jelas, yaitu dalam pelayanan ada harga yang harus dibayar. Pelayanan tanpa pengorbanan tidak akan mencapai hasil apa-apa. A.W. Tozer memperingatkan bahwa ada salib baru yang telah memasuki kekristenan. Salib itu tidak punya kaitan dengan penderitaan, pengorbanan, dan kematian. Salib itu tidak membunuh orang berdosa, tetapi hanya mengalihkan hidupnya kepada hidup yang lebih bergengsi, lebih kaya, dan menonjolkan harga dirinya.

Tujuan mereka melayani adalah untuk melihat apa yang dapat mereka peroleh, bukan apa yang dapat mereka berikan. Biasanya orang-orang ini cepat mengeluh dan cepat puas atas apa yang telah mereka berikan (2 Korintus 11:23-32).

6. Tujuan Pelayanan: Kemuliaan Allah ( Efesus 1:12; 1 Korintus 10:31)
Segala sesuatu yang Allah lakukan, pada akhirnya adalah untuk kemuliaan-Nya. Tujuan karya Allah adalah pujian kemuliaan-Nya (Efesus 1:6 , 12, 14). Pelayan Tuhan harus memiliki perspektif yang kekal itu. Kalau tidak, ia akan terjebak oleh tujuan sementara, yang hanya akan membawa kepada pelayanan tubuh yang sibuk dan paslu, yang berlindung dibalik jadwal dan statistik. Tuaian bukanlah pada akhir pertemuan, melainkan pada akhir jaman. Karena itu berbahaya, jika terlalu kaku dan fanatik dalam mengevaluasi pelayanan saat ini. Satu-satunya tujuan yang dapat bertahan pada saat penghakiman adalah saya melayani untuk kemuliaan Allah.

Bila kita mempunyai tujuan seperti ini, pujian tidak akan membuat kita tinggi hati dan kritikan tidak akan melemahkan kita. Keadaan sukar yang tidak dapat kita pahami dapat kita terima, selama Allah dipermuliakan.

7. Resiko Pelayan
Seorang pelayan harus menyiapkan diri untuk membayar harga sebuah pelayanan. Pelayanan sejati senantiasa memiliki resiko dan ini harus berani ditanggung bagi seluruh orang yang melayani. Semakin tinggi kedudukan pelayan, akan semakin tinggi harga yang harus dibayarnya.

a. Pengorbanan
Seorang pelayan Tuhan harus siap berkorban untuk apa saja yang Tuhan inginkan sebagai harga yang harus dibayar. Barangkali Tuhan menuntut kita berkorban waktu, uang, perasaan, dan lain-lain.

b. Kesepian
Sebagai kelompok minoritas di dunia yang penuh dengan dosa, kita dituntut untuk menyatakan jati diri iman kristiani. Ada kalanya sikap dan cara hidup kita dianggap aneh dan terlalu sok suci, sehingga orang menghindari kita. Saat itulah baru kita merasa sepi dan berat dalam menjalankan tugas pelayanan. Situasi seperti ini pun sudah harus diperhitungkan kalau mau menjadi pelayan Tuhan yang baik. Contoh yang baik adalah Ayub, dia kesepian dan sendiri saat semua milik dan sekitarnya habis; hanya Tuhan saja yang memberikan penghiburan khusus kepadanya.

c. Kelelahan
Banyak pelayan Tuhan cepat bosan, lelah, jenuh, dan frustasi; karena mereka melayani dengan cara kedagingan dan bukan dengan cara Kristus. Semua itu bisa timbul karena pikiran kita selalu berkata: Saya melayani gereja atau organisasi dan bukan Tuhan Yesus sendiri. Jelas seperti ini akan mudah lelah, letih, dan bosan. Kompensasinya adalah menjadi cepat marah. Ada hal lain lagi, ada pelayan yang sok sibuk mengurus ini dan itu, sehingga tidak bisa mengatur waktu dengan baik, konsentrasi terpecah dan banyak pelayanan terabaikan. Ini karena single fighter dan belum bisa mendelegasikan tugas.

d. Kritikan
Ingat, yang kita layani bukan barang, bukan sesuatu, melainkan seseorang, tetapi satu pribadi yang utuh dan dikasihi Tuhan. Seringkali ada kesalahpahaman menilai maksud dan pikiran kita, sehingga mereka protes, mengkritik dan senantiasa menyoroti sisi negatif pekerjaan kita. Bahkan semakin tinggi posisi kita semakin tinggi resiko kritik yang datang, tapi inilah harga penyerahan diri kita kepada Allah, seperti Kristus yang dalam melayani manusia disalah-mengerti oleh banyak orang, bahkan difitnah.

e. Penolakan
Tidak semua orang senang dengan pelayanan kita, mereka bisa menolak kehadiran kita oleh sebab-sebab tertentu. Dalam hal ini kita harus berhat-hati; kalau kita bersalah, segera perbaiki, tapi kalau kita ditolak karena Injil, bersyukurlah (1 Petrus 2:18-21).

8. Ujian / Godaan Pelayanan
Hampir semua orang tidak senang dengan ujian, tetapi hal ini harus dihadapi sebagai tahap untuk memasuki tingkat yang lebih tinggi. Dalam hal imanpun berlaku demikian. Melalui ujian akan semakin jelas mutu iman kita dan semakin jelas mengapa kita mengikut dan melayani Yesus. Beberapa ujian yang sering dihadapi dalam pelayanan, namun sekaligus sebagai bahaya yang harus diwaspadai setiap pelayan Kristus, antara lain:

a. Kompromi
Sering kita dihadapkan dengan dilema, sehingga kecenderungan orang lebih memilih aman, lalu menurunkan standar Allah hanya sekedar untuk menyenangkan orang tertentu atau untuk mencapai tujuan yang semu. Ingat, kita harus menjunjung tinggi stndar Allah, jangan tergoda untuk bersikap kompromi.

b. Ambisi
Banyak orang memulai pelayanan yang kecil dan sederhana dengan begitu tulus, sukarela, murni, dan bersemangat. Tapi di kala kita dipercaya Allah untuk melakukan tugas pelayanan yang lebih besar dan serius, kita mulai kehilangan kasih dan kemurnian kita menjadi luntur. Pelayanan kita jadikan sebagai sirkuit untuk berlomba mencapai puncak prestasi, nama yang harum, jabatan yang tinggi, dihargai, dan dihormati. Untuk mencapai ambisi tersebut tidak jarang kita mengorbankan orang lain, sehingga pelayanan bukan lagi sebuah pelayanan seorang hamba, melainkan sebuah standar prestasi dunia. Banyak sudah pelayan Tuhan yang jatuh dalam hal ini.

c. Keadaan yang Mustahil
Dalam pengalaman pelayanan, seringkali terjadi kondisi yang sulit, tidak ada jalan keluar yang mustahil untuk dihadapi. Seperti Israel waktu keluar dari Mesir dikejar-kejar tentara Firaun. Dihadapkan pada dilema: Maju terhalang laut, mundur berhadapan dengan tentara Mesir yang kuat. Maju dan mundur sama-sama resikonya mati. Israel putus asa, namun Tuhan memberikan mujizat-Nya melalui Musa yang penuh iman. Sebagai pelayan Tuhan kita harus memiliki iman seperti Musa, bukan dengan kegagahan kuda dan tentara yang kuat, melainkan dengan hikmat dan keperkasaan Tuhan kita harus terus maju.

d. Iri Hati
Keadaan seperti ini seringkali tanpa disadari muncul begitu saja dalam hati seorang pelayan Tuhan. Khususnya kalau melihat keberhasilan orang atau organisasi lain, sedang diri sendiri tidak mendapat yang diharapkannya. Sebagai contoh, oleh karena iri hati kepada Daud, maka Saul menjadi semakin jauh dari Tuhan dan oleh karena iri hati saudara-saudaranya, Yusuf menderita. Iri hati merupakan dosa yang bukan saja berdampak bagi kita pribadi, tapi bagi orang lain. Waspadalah terhadap dosa ini.

e. Kesombongan
Seorang pelayan Tuhan yang sudah berada di atas, kalau tidak berhati-hati akan mulai terkikis rasa kasih dan melihat semua rekan sebagai musuh yang harus disingkirkan. Dia mulai sombong dengan jabatan dan penghasilannya, mulai tidak memandang muka kepada orang yang miskin dan papa, merasa kesal dan terganggu kalau ada orang kalangan bawah membutuhkan pelayanannya. Kalaupun dikerjakan, bukan dengan sungguh-sungguh tapi setengah hati. Semua pelayanan dinilai dari ukuran pengaruh, materi, dan relasi. Ingatlah contoh ini, penghulu malaikat jatuh menjadi iblis karena kesombongan, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena kesombongan.

f. Sikap-sikap lain yang harus diwaspadai, seperti:
Mementingkan diri sendiri
Popularitas
Merasa selalu benar dan tidak pernah bersalah
Merasa sangat diperlukan
Tri “ta”
9. Senjata Pelayanan: Firman Tuhan, Doa, Roh Kudus
Firman Tuhan dan doa adalah merupakan alat Allah yang paling penting. Efesus 6:10-20 sangat jelas mengingatkan hal ini. Jika kita mempelajari Alkitab namun tidak pernah berdoa, kita akan memiliki sejumlah besar terang tanpa panas. Jika kita berdoa tapi tidak pernah belajar Alkitab, kita dapat menjadi fanatik dan bersemangat tapi tidak memiliki pengertian (Roma 13:2).

a. Alkitab
Pelayan Tuhan yang tidak mengetahui isi Alkitab, sudah tentu merupakan kegagalan dalam pelayanannya. Salah satu kualifikasi bagi seorang pelayan adalah cakap untuk mengajar (2 Timotius 2:2). Untuk bisa mengajar, maka harus belajar. Iptek bisa diketahui lewat buku-buku karangan manusia, tapi pengenalan akan Allah hanya bisa diperoleh dari Alkitab. Hal ini harus dilakukan dengan menggali isinya. Kita dapat mengambil kayu, jerami, rumput kering dari permukaan tanah, dan itu bisa dilakukan tanpa perlu banyak berusaha. Jika kita menginginkan emas dan permata, kita harus menggalinya.

b. Doa
Charles Bridges pernah menulis: … pelayanan Kristen adalah pekerjaan iman. Agar pelayanan itu bisa menjadi pekerjaan iman, maka harus merupakan pekerjaan doa. Doa meneguhkan iman, sedangkan iman dalam reaksinya mempercepat meningkatnya doa yang penuh kesungguhan. Sangat berbahaya jika melayani tanpa doa. Dalam segala sesuatu yang dilakukan manusia tanpa Allah, ia pasti gagal sama sekali atau sukses dengan sangat buruk. Pelayan Tuhan yang merasa sibuk untuk berdoa dan mempelajari Alkitab, sebenarnya hanya menutupi keengganannya. Mungkin dalam pandangannya sendiri ia sukses, tapi ia gagal di pandangan Allah. Allah tidak berjanji memberkati metode-metode, tapi Ia berjanji untuk memberkati Firman yang ditaburkan-Nya dan untuk menjawab doa.

c. Roh Kudus
Banyak pelayan-pelayan Tuhan cenderung bergantung pada pengetahuan, keberadaan harta, hal-hal yang dianggap mem-backup di masyarakat luas, latihan, talenta, dan pengalaman. Hal-hal ini memang diperlukan dan memang pelayan Tuhan tidak boleh melalaikan hal itu, tetapi tanpa kuasa Roh Kudus semua itu tidak ada gunanya. Roh Kudus bukanlah sesuatu untuk dipamerkan, melainkan pribadi yang kita butuhkan. Pelayan Tuhan pertama-tama harus sadar bahwa secara mutlak ia butuh Roh Kudus. Mungkin pelayanan kita tidak seperti Billy Graham, John Sung atau Hudson Taylor, tetapi kita bisa memiliki kuasa yang sama, karena Roh Kudus yang sama bekerja pada diri mereka dan diri kita.

10. Pahala Pelayan
Memang dalam melayani Tuhan ada banyak resiko dan bahaya yang perlu diwaspadai, namun kalau dikerjakan dengan tekun dan dengan visi serta motivasi yang jelas, maka Tuhan yang adalah setia dan adil itu menyediakan pahala bagi yang setia melaksanakan tugas pelayanan-Nya. Namun harus diingat bahwa pahala bukanlah tujuan pelayanan, melainkan sebagai konsekuensi kasih dan keadilan Tuhan atas umat-Nya yang setia. Pahala sendiri sifatnya menjadi dorongan semangat sekaligus penghiburan dikala ujian sedang dihadapi dan tetap berjuang terus menunaikan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita.

a. Jaminan bagi yang melayani Tuhan dengan setia
Ia patut dihormati oleh jemaat (1 Timotius 5:17-19)
Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kehidupannya (Ibrani 13:5)
Tuhan berjanji senantiasa beserta sampai kesudahannya (Matius 28:20)
Tuhan berjanji memberikan jalan keluar jika mengalami kesulitan (1 Korintus 10:13)
Semua jerih payah tidak akan sia-sia (1 Korintus 15:58)
Ada sukacita dan kebahagiaan tersendiri (Filipi 2:17-18)
b. Pahala / mahkota bagi yang melayani dengan setia
Upah pelayanan adalah pelayanan yang lebih besar lagi; upah bagi kesetiaan dalam pelayanan adalah lebih banyak pelayanan. Kesetiaan dalam pelayanan akan meningkat-kan kemampuan seseorang; kepercayaan terhadapnya dalam pelayanan pun bertambah.

Mahkota abadi (1 Korintus 9:24-25)
Mahkota kemegahan (1 Tesalonika 2:19; Filipi 4:1)
Mahkota kehidupan (Yakobus 1:12; Wahyu 2:10)
Mahkota kebenaran (2 Timotius 4:8)
Mahkota kemuliaan (1 Petrus 5:4)
By: WH- GKKB

Sunday, February 4, 2018

Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
👀 Roma 12:17-21

Suatu hari, dua orang sahabat pergi membeli buku dan majalah.

Penjualnya ternyata melayani dengan buruk.

Maka salah satu mereka Mukanya pun cemberut.

Si A jelas jengkel menerima layanan seperti itu.

Yang mengherankan, si B sahabatnya tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu.

Lantas Si A itu bertanya kepada sahabatnya,
“Hei, Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”

Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak?

Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”

“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,”
bantah Si A.
Ia masih merasa jengkel.

“Ya, itu masalah dia.
Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita.

Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita.

Padahal  kita yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri.”

Sahabat, Tindakan seseorang kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain...

Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi...

Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi...

Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit...

Coba renungkan...

Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain?

Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?

Jaga suasana hati...

Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak!

Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.

“Pemenang kehidupan”
adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas,

yang tetap manis di tempat yang sangat pahit,

yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar,

serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat sekalipun...

Mereka akan berperang melawan Anak Domba.
Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja.
MEREKA BERSAMA-SAMA dengan DIA juga akan MENANG, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."
( Wahyu 17:4;)

Siap Menjadi Pemenang Bersama DIA!!

Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
Allah, yang membenarkan mereka?
Siapakah yang akan menghukum mereka?
Tetapi dalam semuanya itu KITA LEBIH DARI PADA orang-orang yang MENANG, oleh DIA yang telah mengasihi kita.
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
🙏 Roma 8:31-39

❤Lebih Dari Pemenang

Menjaga hati dan pikiran

Semua orang (atau bisa dikatakan hampir semua) pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Dunia terasa lebih indah. Waktu terasa begitu lambat saat menunggu berjumpa dengannya, namun terasa begitu cepat saat bersamanya.

Sehari tidak berjumpa atau berkomunikasi seperti ada yang kurang. Ibarat makan sayur tanpa garam. Mungkin pada saat jatuh cinta, semua orang ingin memiliki sayap supaya bisa terbang ke tempat orang yang dicintai.

Pada saat jatuh cinta, selain hal-hal yang bersifat menyenangkan seringkali timbul hal-hal yang tidak menyenangkan. Salah satunya adalah membangun harapan. Saat kita melihat respon orang yang kita kasihi, kita mulai menebak-nebak. Hm… dia begini.. berarti dia suka padaku atau dia begitu berarti memang aku tidak salah menduga dan seterusnya.

Pada saat kita mulai menebak-nebak dan menduga-duga, sebenarnya kita sedang menanamkan suatu harapan dalam hati kita. Harapan bahwa si dia adalah orang yang kita tunggu, orang yang kita nantikan, atau bahasa kerennya itu he/she’s the one.

Memang bisa saja dugaan kita itu benar, namun tidak jarang dugaan kita meleset. Saat mulai menebak-nebak, harapan terbentuk dan semakin banyak menebak-nebak, maka harapan yang terbentuk semakin tebal. Pada saat harapan yang terbentuk sudah semakin tebal, bila kita menghadapi ternyata si dia tidak mencintai kita dan hanya menganggap kita teman saja tanpa suatu perasaan istimewa, apa yang terjadi?

Mungkin rasanya seperti jatuh dari ketinggian gedung pencakar langit (hahahaha cuma perumpamaan lho, belum pernah dan ga akan pernah mau coba). Sakit!

Ya itulah yang terjadi. Menebak-nebak merupakan suatu proses membangun harapan. Saat harapan terbangun berarti timbul keinginan untuk mencapai harapan tersebut dan harapan yang tidak terpenuhi merupakan sumber kekecewaan. Dugaan terjadi dalam pikiran kita, kita proses, dan pada akhirnya menghasilkan harapan.

Jadi prosesnya terjadi di otak kita dan berakhir di hati kita. Permasalahannya adalah orang yang jatuh cinta kerap teringat pada orang yang dicintainya, lalu bagaimana kita bisa mencegah untuk tidak menebak-nebak dan akhirnya berakhir dengan mengharapkannya? Ada sejumlah langkah praktis yang bisa diikuti:

1. Analogi burung dan sarang burung (ini dari kotbah pendetaku hehehe). Bila seekor burung ingin melintas di atas kepala kita, apakah kita bisa mengusirnya? Sudah pasti tidak bukan? Namun bila burung itu ingin bersarang di atas kepala kita, apakah kita bisa mengusirnya? Ya, tentu saja. Jadi, burung melintas itu adalah saat kita teringat si dia.

Hal yang sangat wajar kalau kita teringat padanya. Lha iya dong, kita kan tidak sedang amnesia (lupa ingatan). Jadi sangat wajar dan manusiawi sekali untuk ingat padanya. Namun burung bersarang itu bagaimana? Nah.. ingat itu wajar, tapi memikirkan? Itu lain lagi.

Memikirkan merupakan suatu bentuk kata kerja aktif yang melibatkan peran serta kita secara aktif. Kita tidak bisa mencegah untuk ingat pada si dia, tetapi kita bisa mencegah diri kita untuk memikirkannya terus-menerus.

2. Untuk tidak memikirkannya terus-menerus, apa yang harus kita lakukan? Setidaknya inilah hal-hal yang bisa kita lakukan:
a. Menjaga hati. Ini merupakan suatu langkah kunci. Saat hati kita mulai berharap dan kecewa itu adalah suatu langkah awal yang berbahaya. Kondisi hati kita akan menentukan kita hidup.

Amsal 4:23: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

b. Mencari kegiatan yang dapat menyibukkan kita. Saat kita mulai menganggur, saat itulah biasanya pikiran kita akan bekerja dengan aktif dan harapan yang terbangun itu dimulai dari proses memikirkan.

Ingatkah Anda akan kasus raja Daud dalam 2 Samuel 11? Daud seharusnya bekerja (pergi berperang) tetapi malah menganggur di istana. Kemudian melihat Batsyeba sedang mandi dan berakhir dengan memikirkan rencana jahat untuk membunuh Uria lalu Uria terbunuh, Daud berzinah dengan Batsyeba, Batsyeba kemudian hamil. Rentetan kejadian tragis yang bermula dari menganggur. Inilah bahaya mengganggur bagi pikiran kita.

c. Isi pikiran dengan hal-hal yang positif dan bukan melulu memikirkan si dia.

Filipi 4:8: Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

d. Menyerahkan pada Tuhan. Serahkan seluruh diri kita, hidup kita, dan langkah-langkah dalam hidup kita dalam rencana Tuhan yang sempurna.

Mazmur 37:5: Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.

e. Berharap hanya kepada Tuhan. Kalau kita berharap pada manusia, agar dia mencintai kita, tidak mengecewakan kita, dan seterusnya, manusia dapat mengecewakan. Tetapi bila kita berharap pada Tuhan, Dia sungguh adalah Allah yang tidak pernah mengecewakan umat-Nya.

Mazmur 43:5b: Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku.

Shalom

Tuhan Yesus memberkati

Bangkit dan bersinarlah

PEMBACAAN ALKITAB:
Keluaran 21:22 - 23:13
Matius 24:1 - 28
Mazmur 29:1 - 11
Amsal 7:6 - 23

RHEMA BAGI SAYA:

Keluaran 23:12
Enam harilah lamanya engkau melakukan pekerjaanmu, tetapi pada hari ketujuh haruslah engkau berhenti, supaya lembu dan keledaimu tidak bekerja dan supaya anak budakmu perempuan dan orang asing melepaskan lelah.

Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan hukum, aturan dan pola bahkan siklus tertentu. Disini kita melihat ada aturan, pola dan siklus mingguan, enam hari orang Israel diijinkan bekerja, namun satu hari mereka harus beristirahat. Bukan hanya orang Israel yang harus beristirahat, lembu dan keledai mereka, anak budak dan orang asing yang bekerja pada mereka pun harus beristirahat. Maksud beristirahat selain untuk beribadah kepada Tuhan, namun itu menjadi pelepas lelah, pemulih tenaga, dan mengembalikan kesegaran juga kreatifitas. Jika tidak istirahat ada banyak hal negatif yang akan muncul, seperti kelelahan, jatuh sakit, bosan atau menyerah.
Kita harus mengerti ada banyak hukum, aturan, pola dan siklus yang harus kita cermati dalam hidup kita, secara umum, komunal bahkan pribadi. Ada pola dan siklus yang berulang yang perlu kita cermati baik yang bersifat netral, positif maupun negatif.  Setiap wanita memiliki siklus bulanan dan itu seringakli bersifat negatif mempengaruhi emosi dan stamina mereka. Ada orang yang memiliki pola aktifitas berbeda dari yang lainnya, kebanyakan orang aktif diwaktu siang namun ada juga orang yang akan merasa lebih bisa aktif dimalam hari. Kita mengenalnya dengan istilah orang malam. Ada orang yang pada waktu-waktu tertentu sangat negatif mudah menjadi loyo, tidak bersemangat dan sangat emosional.

Saya harus mengenali hukum, aturan, pola dan siklus dari Tuhan. Saya pun harus menyadari pola dan siklus yang terjadi pada diri saya entahkah itu bersifat netral, positif atau negatif. Saya akan memperkuat pola dan silklus yang positif untuk menjadi kebiasaan yang baik. Saya akan berhati-hati dengan pola dan siklus yang negatif supaya tidak menjadi kebiasaan yang buruk.

Matius 24:27-28
27  Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.
28  Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun.

Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kedatangan yang kedua kali dari anak manusia adalah sebuah kepastian. Dan karena Ia datang sebagai Raja, maka pasti Ia datang dalam kemuliaan-Nya. Jika kita bertekun, maka kita pasti akan masuk dalam kemuliaan-Nya. Orang yang tidak percaya, pasti menerima hukumannya.

Saya percaya kepada Dia yang telah datang dan berjanji, pasti akan datang kembali. Saya percaya Dia adalah Raja, pasti datang dalam kemuliaan-Nya. Saya yang bercaya, mau bertekun sampai masuk kedalam kerajaan-Nya.

Mazmur 29:1-2
1  Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!
2  Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!

Penghuni sorga saja dalam kemuliaan dan kekudusan mereka memberikan segala pujian dan penghormatan hanya kepada Tuhan. Demikianlah sepatutnya kita ciptaan-Nya memberikan kemuliaan hanya bagi Tuhan, dengan tidak lupa berhiaskan kekudusan.

Saya yang adalah ciptaan-Nya, sepatutnya memberikan kemuliaan hanya kepada Tuhan. Saya harus memuliakan Tuhan dengan berhiaskan kekudusan.

Amsal 7:18
Marilah kita memuaskan berahi hingga pagi hari, dan bersama-sama menikmati asmara.

Kesalapahaman tentang cinta.
Ada tiga hal yang sering disalah mengerti orang muda tentang cinta:
(1) Kasih, (2) Asmara, dan (3) Birahi.
Apa  dan bagaimana tentang cinta.
Apakah cinta itu? (1) Kasih seharusnya bersifat spiritual (rohani), itu sebabnya pernikahahan Kristen dilakukan dengan cara pemberkatan. (2) Asmara lebih bersifat jiwa, lebih khusus bagian emosi, lebih sederhana disebut bersifat emosional (3) Sedangkan birahi erat kaitannya dengan fisik, sifatnya sensual.

Bagaimana membangun cinta? Tiga cara orang memadukan cinta:
(1) Supranatural, Tuhan mempertemukan seorang pria dan seorang wanita dengan cara adikodrati. Dipertemukan atau diberitahukan siapa, pasangannya oleh Tuhan dan kemudian mereka masuk dalam pernikahan. Unsur kasih dan iman berperan besar disini.
(2) Natural, Tuhan mempertemukan keduanya dengan cara yang normal; mereka berkenalan sehingga tumbuh asmara, kemudian mereka membangun hubungan kasih, dan akhirnya masuk dalam pernikahan. Unsur asmara berperan besar disini.
(3) Tidak natural, tidak normal, pertemuan yang cacat; sundal. Mereka orang yang mengumbar asmara,  dimana unsur ketertarikan fisik yang sensual sangat berperan disini. Mereka terikat begitu kuat secara sensual dan dengan terpaksa mereka menikah.

Bilamanakah mempergunakan kasih, asmara dan birahi?
(1) Asmara diperlukan untuk membangun kasih yang sejati sehinga diberkati masuk dalam pernikahan maka birahi menjadi kudus sebagi alat saling melayani dan membangun keturunan.
(2) Bilamana asmara tidak dikendali untuk membangun kasih, asmara membawa orang kepada birahi yang semata-mata sensual, sekedar pemuasan fisik atau daging, sehingga sulit untuk membangun kasih yang sejati.

Saya mau Tuhan memberi pengertian tentang kasih, asmara dan birahi yang benar.
Saya mau membangun dan memelihara cinta dengan pertolongan Tuhan.

Saya yang masih singel mau membangun cinta secara supranatural atau natural:
(1) Supranatural, saya percaya Tuhan mampu mempertemukan saya dengan jodoh saya secara adikodrati.
(2) Natural, saya percaya Tuhan juga bisa mempertemukan saya dengan jodoh saya dengan cara yang normal; kami berkenalan sehingga tumbuh asmara, kami membangun hubungan kasih, dan akhirnya kami masuk dalam pernikahan.

PROKLAMASI IMAN SAYA HARI INI!

# Saya warga KOTA DI ATAS BUKIT:
# Saya BANGKIT dan BERSINAR, karena;

1. Saya orang benar karena saya hidup oleh iman.

2. Saya harus mengenali hukum, aturan, pola dan siklus dari Tuhan. Saya pun harus menyadari pola dan siklus yang terjadi pada diri saya entahkah itu bersifat netral, positif atau negatif. Saya akan memperkuat pola dan silklus yang positif untuk menjadi kebiasaan yang baik. Saya akan berhati-hati dengan pola dan siklus yang negatif supaya tidak menjadi kebiasaan yang buruk.

3. Saya percaya kepada Dia yang telah datang dan berjanji, pasti akan datang kembali. Saya percaya Dia adalah Raja, pasti datang dalam kemuliaan-Nya. Saya yang bercaya, mau bertekun sampai masuk kedalam kerajaan-Nya.

4. Saya yang adalah ciptaan-Nya, sepatutnya memberikan kemuliaan hanya kepada Tuhan. Saya harus memuliakan Tuhan dengan berhiaskan kekudusan.

5. Saya meminta Tuhan memberi pengertian tentang kasih, asmara dan birahi yang benar.
Saya mau membangun dan memelihara cinta dengan pertolongan Tuhan.
Saya yang masih singel mau membangun cinta secara supranatural atau natural:
(1) Supranatural, saya percaya Tuhan mampu mempertemukan saya dengan jodoh saya secara adikodrati.
(2) Natural, saya percaya Tuhan juga bisa mempertemukan saya dengan jodoh saya dengan cara yang normal; kami berkenalan sehingga tumbuh asmara, kami membangun hubungan kasih, dan akhirnya kami masuk dalam pernikahan.

Saturday, February 3, 2018

persembahan apa yg kita miliki

Baca: 2 Korintus 8:1-15

"Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu." (2 Korintus 8:12)

Hal memberi seringkali masih menjadi ganjalan bagi banyak orang Kristen. Ketika harus mengembalikan persepuluhan, memberi persembahan untuk mendukung pelayanan, memberi untuk sesama yang membutuhkan, seringkali kita lakukan dengan berat hati; atau mungkin ada motivasi terselubung. Terkadang pula kita tergesa-gesa memikirkan kapan Tuhan segera membalas pemberian kita itu.

Memberi haruslah menjadi bagian hidup orang percaya. Hal memberi tidaklah selalu berhubungan dengan berapa besar nilai atau jumlahnya, tetapi selalu berhubungan dengan seberapa tulus hati kita terlibat dalam pemberian itu kembali. Mari kita belajar untuk memberi tanpa mengharapkan pemberian itu kembali. Kunci persembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah ketika kita memberi persembahan dengan rela hati. Selain itu, persembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah jika kita memberi berdasarkan apa yang kita punyai.

Ketika membawa persembahan, orang-orang Israel tidak memberikan persembahan dalam jumlah yang sama, tapi sesuai dengan kemampuan mereka. Seringkali kita menunggu sampai mempunyai uang atau harta lebih baru mau memberikan persembahan. Tetapi begitu memiliki uang lebih kita pun berubah sikap dan berpikir ulang 1000x untuk memberi, bahkan kita berani 'mencuri' milik Tuhan.

"Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." (Maleakhi 3:8,10).

Tuhan tidak pernah menuntut apa yang tidak kita punyai; yang ada pada kita, sekalipun sedikit, kalau dipersembahkan kepada Tuhan dengan sukarela menyenangkan hati Tuhan!

Etika kerukunan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi rumusan pandangan dan sikap pemuka agama tentang etika kerukunan antar umat beragama. Men...